Olehkarena itu orang tua disebut pendidikan alami atau pendidikan kodrat. Pembagian tugas dan peran dalam keluarga membawa konsekuensi dan tanggung jawab pada masing-masing peran itu dalam keluarga. Dalam keluarga juga ia mulai mempelajari cara-cara dan aturan berbuat dan berperilaku sesuai dengan norma sosial yang dianut masyarakat
Kebanyakan orang cenderung mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusia atau individu. Padahal, lingkungan tidak terbatas pada hal konkret yang terdapat di sekitar kita. Bentuk lingkungan dapat berupa hal yang nonfisik bahkan abstrak berupa ide gagasan yang tidak konkret. Contohnya, suasana kehidupan di suatu tempat adalah lingkungan, nilai dan norma masyarakat adalah lingkungan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan merupakan lingkungan. Lingkungan merupakan segala hal yang mampu merangsang seseorang sehingga mengalami perubahan atau perkembangan tingkah laku. Pengaruhnya sendiri sangatlah kuat namun seseorang yang terpengaruhi bisa jadi tidak menyadarinya sama sekali. Pernyataan tersebut menunjukkan betapa krusialnya lingkungan terhadap perubahan dan perkembangan seseorang yang menjadi hakikat pendidikan, yakni ingin memberikan perubahan tingkah laku dan sikap peserta didik sesuai dengan tujuannya. Bahkan dalam teori belajar behavioristik, disebutkan bahwa manusia adalah homo mecanicus, yang berarti manusia berperilaku berdasarkan lingkungan, layaknya robot yang mengikuti perintah pemrogramnya, yakni lingkungannya sendiri. lingkungan dianggap menjadi stimulus, dan tingkah laku kita adalah respons terhadap stimulus tersebut. Media pembelajaran merupakan salah satu alat krusial yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dan rahasianya adalah media ini mampu mengubah lingkungan. Suatu media pembelajaran yang baik mampu mengubah lingkungan pembelajaran sehingga menjadi lebih kondusif dan meningkatkan kualitas proses interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik. Berdasarkan beberapa eksposisi di atas, rasanya dapat disepakati bahwa lingkungan memegang peranan yang amat penting dalam menyukseskan pendidikan. Lingkungan pendidikan merupakah salah satu hal yang tidak boleh dilewatkan agar kita mampu menyelenggarakan pendidikan yang lebih baik. Berikut adalah berbagai pemaparan mengenai lingkungan pendidikan, mulai dari pengertian, jenis, hingga berbagai dampak yang bisa diberikannya. Pengertian Lingkungan Pendidikan Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan yang berkembang, kedua lingkungan tersebut hadir secara kebetulan, yakni tanpa diminta dan direncanakan oleh manusia Nata, 2016, hlm. 290. Selanjutnya, menurut Sartain dalam Purwanto, 2017, hlm. 28 lingkungan adalah semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain. Artinya, tingkah laku dapat diturunkan melalui gen di luar kondisi biologis kita. Ini juga memperkuat argumen bahwa sikap atau kepribadian seorang individu bukan atau tidak sepenuhnya diturunkan secara biologis dari orangtuanya, melainkan dari lingkungannya. Sementara itu, Surya 2020, hlm. 34 berpendapat bahwa lingkungan adalah segala hal yang merangsang individu, sehingga individu turut terlibat dan mempengaruhi perkembangannya. Perubahan perilaku atau tingkah laku yang ditunjukkan oleh individu adalah respons dari stimulus atau rangsangan dari lingkungan tersebut. Artinya, manusia adalah lingkungannya sendiri, sehingga lingkungan amatlah penting untuk dibangun menjadi sebaik mungkin agar individu dan masyarakat yang hidup di dalamnya ikut menjadi baik. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal, budaya, pengetahuan, dan segala hal baik fisik maupun nonfisik yang dapat mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, dan perkembangan seseorang. Macam-Macam Lingkungan Pendidikan Secara sadar, seorang individu akan belajar dari orangtua, anggota masyarakat lain yang dituakan, saudara, hingga individu-individu lain yang berniat secara langsung mengajarkan sesuatu padanya, termasuk guru di sekolah. Namun secara tidak seseorang juga dapat belajar dengan mendapat informasi secara insidental dalam berbagai situasi sambil mengamati kelakuan orang lain, membaca buku, menonton televisi, mendengar percakapan orang dan sebagainya atau menyerap kebiasaan-kebiasaan dalam lingkungannya Nasution, 2014, hlm. 126. Berdasarkan uraian di atas, kita mendapati bahwa lingkungan merupakan sumber belajar sekaligus pengajaran yang terjadi secara tidak sengaja dan dilakukan secara tidak sadar. Dari uraian di atas juga kita dapat menyimpulkan bahwa bentuk atau jenis lingkungan amatlah beragam, baik keluarga, sekolah, maupun situasi sosial masyarakat di sekitar. Berkaitan dengan hal itu, Ki Hajar Dewantoro membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga dan dikenal sebagai Tri Pusat Pendidikan yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Berikut akan dijelaskan masing-masing lingkungan pendidikan tersebut. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling awal yang kemudian dilengkapi dengan lingkungan pendidikan di sekolah dan lingkungan masyarakat secara lebih luas. Beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa perilaku manusia tidak diwariskan secara genetis. Seorang anak berperilaku seperti orangtuanya karena orangtua merupakan lingkungan terdekat dan terbanyak yang ia temui sehari-hari. Hal tersebut tentunya baru terjadi jika orangtua menjalankan perannya dengan baik dalam keadaan keluarga yang ideal. Keluarga merupakan satuan terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dalam suatu masyarakat. Pada satuan keluargalah terbentuk tahap awal proses sosialisasi dan perkembangan individu Ramayulis, hlm. 147. Keluarga adalah masyarakat alamiah yang pergaulan di antara golongannya bersifat khas atau unik dari keluarga lainnya. Dalam lingkungan keluarga, pendidikan juga berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan khas yang berlaku di dalamnya. Dengan kata lain, setiap individu terutama anak akan mendapatkan penyesuaian perkembangan pertama yang nantinya akan dikembangkan di masyarakat maupun di sekolah. Terdapat beberapa karakteristik yang akan memengaruhi penyesuaian diri ini, yaitu Susunan keluarga, menyangkut besar kecilnya keluarga, siapa yang lebih berkuasa, jumlah anak, perbandingan anak perempuan, dan laki – laki, dsb; Peranan, yakni bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh setiap anggota keluarga yang dipengaruhi oleh sikap dan harapan orang tua terhadap anaknya, faktor umur, jenis kelamin, dsb; Keanggotaan kelompok, yaitu sejauh mana anggota keluarga merasakan sebagai bagian dari kelompok; Kohesi keluarga, yaitu kekuatan pertautan ikatan antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya Surya, 2020, hlm. 180. Berbagai aspek tersebut akan berpengaruh besar pada bagaimana pendidikan keluarga akan berjalan. Sebagian aspek dapat dan harus dimaksimalkan untuk menunjang pendidikan di lingkungan keluarga. Sebagian lagi mungkin amatlah tergantung pada situasi dan kondisi dari keluarga itu sendiri dan mungkin tidak dapat diubah secara signifikan. Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah adalah lingkungan di mana anak berada dalam lingkungan situasi belajar dan memiliki suasana, tanggung jawab, serta kebebasan yang berbeda dari lingkungan lain. Oleh karena itu, lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang kecerdasan kognitif, keterampilan, dan kepribadian anak afektif. Lingkungan sekolah yang baik dapat mendukung tumbuh kembang anak untuk membentuk kedisiplinan belajar, kedisiplinan sekolah yang pada akhirnya akan tercermin pada kedisiplinannya sendiri pada lingkungan lain, termasuk lingkungan masyarakat dan industri kerja. Menurut Sukmadinata dalam Surya, 2020, hlm. 78, lingkungan sekolah meliputi Lingkungan fisik sekolah, meliputi suasana sekolah bising atau tidak, dsb, sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar, dan media belajar; Lingkungan sosial, menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya, guru-gurunya dan staf sekolah yang lain; Lingkungan Akademis, yaitu suasana pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Lingkungan sekolah yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif Surya, 2002, hlm. 78. Untuk itu, sebaiknya di sekolah diciptakan lingkungan fisik yang sangat baik yang dapat meliputi kebersihan ruangan, tata letak yang ideal, fasilitas lengkap, dan sebagainya. Lingkungan sosial dan psikologis sekolah pun amatlah penting untuk diperhatikan. Misalnya, sekolah harus mampu menghadirkan kehidupan antarpribadi yang harmonis, kehidupan kelompok yang rukupn, kepemimpinan yang tegas dan empati, serta memastikan adanya pengawasan, bimibingan, dan kesempatan untuk maju pada setiap individu dalam suasana yang kekeluargaan. Selain itu, lingkungan akademis harus dikondisikan karena merupakan lingkungan sekolah yang terlibat langsung dengan perkembangan potensi dan kompetensi peserta didik. Lingkungan akademis yang baik akan memastikan kegiatan belajar-megajar di sekolah berjalan dengan disiplin, tertib, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran maupun tujuan pendidikan secara umum. Lingkungan Masyarakat Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya Hasbullah, 2015, hlm. 55. Lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah yang memiliki sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budaya. Lingkungan masyarakat yang baik akan memberikan pengaruh-pengaruh yang baik pada individunya. Misalnya jika masyarakat sekitar aktif mengadakan berbagai kegiatan positif seperti kerja bakti, karang taruna, pengajian, dsb. Namun demikian, jika lingkungan masyarakat kurang ideal dan dipenuhi bermacam pengaruh negatif, tentunya hal tersebut akan berisiko memberikan pengaruh negatif pula. Pengaruh positif dari lingkungan masyarakat adalah segala sesuatu yang membawa baik terhadap pendidikan dan perkembangan anak yaitu pengaruh-pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang baik dan berguna bagi anak sendiri maupun baik dan berguna bagi bersama. Sedangkan pengaruh yang bersifat negatif merupakan pengaruh yang dari sisi jumlah biasanya tidak terlalu banyak, namun biasanya pengaruh negatif tersebut sangat mudah diterima oleh individu, terutama anak. Selain itu, keterkaitan lingkungan masyarakat pada pendidikan bisa dilihat dri tiga sisi, yang antara lain adalah sebagai berikut. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan jalur sekolah dan jalur luar sekolah maupun yang tidak dilembagakan jalur luar sekolah. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang by design maupun yang dimanfaatkan utility Sadullah, 2015, hlm. 89. Referensi Hasbullah. 2015. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta Rajawali Press. Nata, Abuddin. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Kencana Prenada Media Group. Nasution. 2014. Sosiologi Pendidikan. Jakarta Bumi Aksara. Purwanto, Ngalim. 2017. Psikologi Pendidikan. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Sadullah, Uyoh. 2015. Pedagogik Ilmu Mendidik. Bandung Alfabet, 2015. Surya, Mohamad. 2020. Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi. Bandung Alfabeta.

Tujuanpendidikan keluarga adalah memelihara, melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang utama dikenal oleh anak sehingga disebut lingkungan pendidikan utama. Proses pendidikan awal di mulai sejak dalam kandungan.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Lina HandayaniMahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Pendidikan keluarga dipandang sebagai pendidikan pertama dan utama. Dikatakan pendidikan pertama karena bayi atau anak itu pertama kali berkenalan dengan lingkungan serta mendapat pembinaan pada keluarga. Pendidikan pertama ini dapat dipandang sebagai peletak fondasi pengembangan-pengembangan berikutnya. Pendidik perlu bertindak secara hati-hati pada pendidikan pertama ini. Kalau tidak, bisa memberikan dampak yang kurang baik pada perkembangan-perkembangan sifat pekanya perkembangan-perkembangan pada awal ini membuat pendidikan ini dikatakan sebagai pendidikan yang utama. Kepekaan perkembangan-perkembangan awal ini tidak hanya menyangkut psikologi, tetapi juga fisiologi. Dengan kata lain pertumbuhan jasmani pada fase-fase awal ini juga sangat peka. Memang pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak-anak berkaitan satu dengan yang lain. Kalau dalam kedokteran ada dalil yang mengatakan kualitas makanan yang diberikan kepada anak balita akan menentukan kualitas kecerdasan atau kemampuan mereka kelak, maka dalam pendidikan ada konsep yang mengatakan bagaimana perlakuan terhadap anak 4 tahun ke bawah seperti itulah jadinya anak itu setelah dewasa. Dari dalil itu muncul himbauan agar keluarga member makanan bergizi kepada anak balita agar otaknya tumbuh dengan sempurna. Begitu pula konsep di atas membuat para orang tua memperlakukan anak-anak kecil itu dengan baik, penuh kasih saying agar anak itu menjadi orang yang berguna kelak. Namun informasi yang diterima oleh orang tua berat sebelah. Informasi tentang pentingnya memberikan makanan bergizi kepada balita lebih banyak diterima dibandingkan dengan informasi tentang pentingnya memperlakukan anak-anak dengan baik. Buktinya kini semakin banyak anak sehat dan cerdas, tetapi masih banyak sekali anak-anak nakal yang membuat berbagai kerusuhan. Kenakalan ini sebagian besar disebabkan oleh perlakuan lingkungan yang tidak benar, antara lain terlalu keras atau disiplin kaku, kurang diperhatikan, kurang kasih sayang, terlalu diberi kebebasan, dan di atas tampaknya bertalian dengan kurang intensifnya pengembangan pendidikan keluarga itu sendiri. Pendidikan keluarga, memang belum ditangani seperti pada pendidikan jalur sekolah. Sehingga masuk akal kalau sebagian besar keluarga tidak paham tentang cara mendidik anak-anak dengan benar. Walaupun isi pendidikan itu sebagian besar ditekankan pada pengembangan afeksi, seperti kerajinan, kejujuran, kesetiaan, toleransi, disiplin, gotong royong, keimanan, ketakwaan, menghormati orang tua, bisa berterima kasih, suka menolong, dan sebagainya. 1 2 3 Lihat Humaniora Selengkapnya
TranslatePDF. Aktualisasi Pendidikan Islam Dalam Keluarga Oleh : Lukis Alam,SS.,MT.,MSI Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015 f A. Pendahuluan Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting pada zaman sekarang ini. Karena tanpa melalui pendidikan proses transformasi aktualisasi pengetahuan modern sulit untuk
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Keluarga merupakan lingkungan yang paling utama dalam kehidupan seorang anak. Pendidikan anak bukan berarti dimulai saat anak dimasukan ke sekolah, akan tetapi dimulai sejak ia lahir. Dimana rumah adalah sebagai sekolah pertama bagi anak. Rumah adalah suatu bangunan yang dijadikan sebagai tempat tinggal dalam jangka waktu tertentu dalam kehidupan manusia. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga yaitu untuk tumbuh, berkembang, bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, dan lebih dari itu rumah harus memberi ketenangan, kebahagiaan dan kenyamanan pada segala peristiwa kehidupannya. Dirumah terdapat anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda dan harus dilakukan demi terwujudnya keluarga yang harmonis,, rumah tangga yang aman damai dan sejahtera. Pendidikan pertama dimulai dari keluarga, biasa disebut sebagai Pendidikan Informal yang mana pendidikan informal dilakukan seseorang dari lingkungan keluarganya sendiri maupun lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu sudah saatnya bagi masyarakat untuk mengubah pola pikir mereka terhadap pendidikan anaknya. Bukan hanya rumah yang menjadi tempat perlindungan dari panas dan hujan saja tetapi rumah sebagai sekolah pertama bukan berarti rumah yang memiliki banyak peraturan dan mengikat secara formal, akan tetapi rumah yang memiliki rasa kedamaian dan banyak pengetahuan di dalamnya. Orang tua juga harus menempatkan diri mereka sebagai guru utama bagi anaknya. Bukan hanya sebagai seorang yang selalu memberi penilaian kepada anaknya terhadap segala hal. Akan tetapi menjadikan diri mereka sebagai panutan serta pembimbing yang baik bagi anaknya. Dan juga menjadikan diri mereka sebagai sahabat yang baik bagi anaknya. Yang mengetahui segala aktifitas serta perasaan yang sedang dialami anaknya. Untuk itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mendidik anaknya. Pertama, Memberi Teladan Bukan Sekadar Contoh. Jika menginginkan anaknya baik dan saleh, maka sudah seharusnya orang tua mencontohkan sikap terbaik di depan anak-anaknya, karena bagaimanapun sikap anak tidak akan jauh dari apa yang ia lihat dari lingkungan sekitarnya. Maka dalam hal ini orang tua tidak cukup hanya memberikan contoh tetapi ia harus menjadi teladan bagi anaknya. Memberi keteladanan berarti melakukan hal tersebut setiap waktu, bukan hanya memberitahu, mengajarkan dan memberinya contoh sampai bisa lantas dibiarkan. Learn to know, learn to do, learn to Membentuk Karakter Bertanggung Jawab dengan Penugasan. Sebagian orang tua mungkin menganggap kasihan dan tidak tega jika anaknya diberi tugas untuk mengerjakan pekerjaan rumah, dan akhirnya ia akan menjadi anak manja dan malas bekerja. Memberikan kasih sayang bukan hanya dengan memanjakan, memberinya tugas juga bagian dari kepedulian orang tua terhadap anaknya agar ia terbiasa bertanggung jawab atas segala hal. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua membiasakan memberi tugas ringan sebagai edukasi bagi anak. Contohnya, membiasakannya merapihkan mainan setelah Nasihat, Pelita dalam Gulita. Pemberian nasihat kepada anak baik secara langsung maupun tidak langsung sangat diperlukan dalam proses pendidikan, Nasihat bisa dijadikan sebagai pengingat dan juga tuntunan hidup. Maka sudah seharusnya orang tua menasihati anak-anaknya tanpa bosan dan tanpa lelah. Keempat, Hadiah atas Keberhasilan dan Hukuman atas Kesalahan. Memberikan hadiah saat anak berhasil dan memberi hukuman ketika anak salah juga menjadi salah satu metode yang bisa diterapkan dalam mendidik anak. Hadiah tersebut bisa berupa pujian ataupun benda yang bermanfaat sesuai kebutuhan dan kesukaan anak. Adapun hukuman yang dimaksud adalah hukuman yang mendidik seperti memberi tugas, beban kerja, atau megurangi uang jajan. Kedua hal tersebut bisa memotivasi anak agar selalu berbuat baik dan juga berhati-hati dalam bertindak agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa didalam proses mendidik anak keluarga merupakan elemen penting yang memiliki peran utama untuk kemajuan dan perkembangan kecerdasan anak. Baik dalam hal psikologi, spiritual dan intelektual. Maka maasing-masing anggota keluarga memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda dan harus dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ada, jika tugas dan tanggung jawab itu dijalankan dengan sebagai mana mestinya maka keluarga akan terbentuk keluarga yang harmonis sesuai dengan harapan baiti jannati rumahku surgaku.Dapat dikatakan juga pendidikan keluarga mempunyai arti penting sebagai wadah antara individu dan kelompok yang menjadi tempat pertama dan utama untuk anak bersosialisasi. Ibu, ayah, saudara adalah orang yang pertama bagi anak untuk mengadakan kontak dan tempat pembelajaran. Sedangkan Pendidikan utama yang paling penting diajarkan dalam keluarga adalah Pendidikan karakter, dan karakter Karakter kita terdiri dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan yang terbentuk semasa kanak-kanak dan remaja kerap bertahan hingga dewasa. Orang tua dapat mempengaruhi pembentukan kebiasaan anak mereka, dalam hal yang baik maupun yang dapat disimpulkan bahwa sebagai institusi pertama tempat berlangsungnya proses Pendidikan anak, maka orang tua sebagai penanggung jawab Pendidikan keluarga harus benar-benar dapat menyikapi kenyatan ini dengan benar dan mengkondisikan lingkungan keluarga dengan suasana Pendidikan. Pengkondisian ini dilaksanakan melalui pengajaran, pembiasaan, keteladanan yang bertujuan untuk membentuk Pendidikan utama yaitu Pendidikan karakter. Dengan adanya pengkondisian ini diharapkan anak-anak tumbuh dan berkembang sebagai manusia-manusia yang beradab, berpendidikan, dan berkarakter. InsyaaAllah dapat berguna bagi dirinya sendiri, agama, keluarga, dan masyarakat. Sehingga akan menjadi generasi yang berakhlaqul karimah. Lihat Humaniora Selengkapnya
Dalamal-Qur‟an juga dijumpai beberapa kata yang mengarah pada "keluarga". Ahlul bait disebut keluarga rumah tangga Rasulullah SAW (al-Ahzab: 33) Wilayah kecil adalah ahlul bait dan wilayah meluas bisa dilihat dalam alur pembagian harta waris. Keluarga perlu di jaga (At-tahrim: 6),
Pengertian Pendidikan Keluarga Wawasan Pendidikan. Istilah keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak bisa dipisahkan. Sebab, di mana ada keluarga di situ ada pendidikan. Di mana ada orang tua di situ ada anak yang merupakan suatu kemestian dalam keluarga. Ketika ada orang tua yang ingin mendidik anaknya, maka pada waktu yang sama ada anak yang menghajatkan pendidikan dari orang tua. Dari sini muncullah istilah “pendidikan keluarga”. Artinya, pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga. Dengan demikian, pendidikan keluarga adalah usaha sadar yang dilakukan orang tua, karena mereka pada umumnya merasa terpanggil secara naluriah untuk membimbing dan mengarahkan, pengendali dan pembimbing direction control and guidance, konservatif mewariskan dan mempertahankan cita-citanya, dan progressive membekali dan mengembangkan pengetahuan nilai dan ketrampilan bagi putra-putri mereka sehingga mampu menghadapi tantangan hidup di masa datang. Selain itu, keluarga juga diharapkan dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang nantinya dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengkombinasikan antara pendidikan keluarga dengan pendidikan lembaga tersebut, sehingga masjid, pondok pesantren, dan sekolah merupakan tempat peralihan dari pendidikan keluarga. Namun demikian, orang tua perlu bekerja sama dengan pusat pendidikan tempat mengamanatkan pendidikan anaknya, seperti belajar di madrasah dan pesantren. Tujuannya adalah tetap memantau setiap perkembangan pendidikan anak dan tidak melepaskan tanggungjawab. Hal itu merupakan bentuk tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya apabila ia sendiri merasa tidak mampu untuk memberikan pendidikan yang dibutuhkan anaknya. Pada posisi ini fungsi dan peran madrasah, pesantren, di pusat pendidikan lainnya hanya membantu kelanjutan pendidikan yang telah dimulai dalam keluarga. Artinya, bahwa tanggung jawab pendidikan anak pada akhirnya kembali kepada orang tua juga. Hal itu dikarenakan orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak, orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model, orang tua seharusnya memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak mereka. Pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam. Karena dengan budi pekerti itulah tercermin pribadi yang mulia. Sedangkan pribadi yang mulia itu adalah pribadi yang utama yang ingin dicapai dalam mendidik anak dalam keluarga. Namun sayangnya, tidak semua orang tua dapat melakukannya. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, misalnya orang tua yang sibuk dan bekerja keras siang malam dalam hidupnya untuk memenuhi kebutuhan materi anakanaknya, waktunya dihabiskan di luar rumah, jauh dari keluarga, tidak sempat mengawasi perkembangan anaknya, dan bahkan tidak punya waktu untuk memberikan bimbingan, sehingga pendidikan akhlak bagi anak-anaknya terabaikan. Dalam kasuistik tertentu sering ditemukan sikap dan perilaku orang tua yang keliru dalam memperlakukan anak. Misalnya, orang tua membiarkan anak-anaknya nongkrong di jalan dan begadang hingga larut malam. Mereka menghabiskan waktunya hanya untuk bermain atau guyon, mengejek satu sama lain, dan saling berlomba melempar kata-kata kotor. Padahal semestinya waktu-waktu tersebut bisa dimanfaatkan oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya untuk mengaji Al-Qur’an di rumah. Meski orang tua memiliki kemampuan yang kurang baik dalam membaca Al-Qur’an, tetapi upaya orang tua itu dapat mempersempit ruang gerak anak untuk hal-hal yang kurang baik dalam pandangan agama. Dalam keluarga yang broken home sering ditemukan seorang anak yang kehilangan keteladanan. Orang tua yang diharapkan oleh anaknya sebagai teladan, ternyata belum mampu memperlihatkan sikap dan perilaku yang baik. Akhirnya anak kecewa terhadap orang tuanya. Anak merasa resah dan gelisah. Mereka tidak betah tinggal di rumah. Keteduhan dan ketenangan merupakan hal yang langka bagi anak. Hilangnya keteladanan dari orang tua yang dirasakan anak memberikan peluang bagi anak untuk mencari figur yang lain sebagai tumpuan harapan untuk berbagi perasaan dalam duka dan lara. Di luar rumah, anak mencari teman yang dianggapnya dapat memahami dirinya; perasaan dan keinginannya. Kegoncangan jiwa anak ini tidak jarang dimanfaatkan oleh anak-anak nakal untuk menyeretnya ke dalam sikap dan perilaku jahiliyah. Sebagian besar kelompok mereka tidak hanya sering mengganggu ketenangan orang lain seperti melakukan pencurian atau perkelahian, tetapi juga tidak sedikit yang terlibat dalam penggunaan obat-obat terlarang atau narkoba. Pergi ke tempat-tempat hiburan merupakan kebiasaan mereka. Menggoda wanita muda atau pergi ke tempat prostitusi adalah hal yang biasa dalam pandangan mereka. Sikap dan perilaku anak yang asosial dan amoral seperti di atas tidak bisa dialamatkan kepada keluarga miskin, bisa saja datang dari keluarga kaya. Di kotakota besar misalnya, sikap dan perilaku anak yang asosial dan amoral justru datang dari keluarga kaya yang memiliki kerawanan hubungan dalam keluarga. Ayah, ibu dan anak sangat jarang bertemu dalam rumah. Ayah atau ibu sibuk dengan tugas mereka masing-masing, tidak mau tahu kehidupan anak. Kesunyian rumah memberikan peluang bagi anak untuk pergi mencari tempat-tempat lain atau apa saja yang dapat memberikan keteduhan dan ketenangan dalam kegalauan batin. Akhirnya, apa pun alasannya, mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua dalam keluarga. Oleh karena itu, sesibuk apa pun pekerjaan yang harus diselesaikan, meluangkan waktu demi pendidikan anak adalah lebih baik. Bukankah orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang lebih mendahulukan pendidikan anak daripada mengurusi pekerjaan siang dan malam. Sumber UIN Walisongo Faisal Nurhidayat
.
  • d0efc0txe8.pages.dev/107
  • d0efc0txe8.pages.dev/18
  • d0efc0txe8.pages.dev/16
  • d0efc0txe8.pages.dev/55
  • d0efc0txe8.pages.dev/207
  • d0efc0txe8.pages.dev/294
  • d0efc0txe8.pages.dev/362
  • d0efc0txe8.pages.dev/964
  • d0efc0txe8.pages.dev/651
  • d0efc0txe8.pages.dev/664
  • d0efc0txe8.pages.dev/873
  • d0efc0txe8.pages.dev/444
  • d0efc0txe8.pages.dev/790
  • d0efc0txe8.pages.dev/948
  • d0efc0txe8.pages.dev/523
  • pendidikan keluarga disebut juga pendidikan